[ad_1]
Kesejatian hidup ada pada batu kerikil yang tertendang ketika kau melangkah
menyusuri jalan. Kesejatian hidup ada pada selembar daun kering yang gugur
tertiup angine. Kesejatian hidup ada air susu ibu yang yang merelakan mettant
payudaranya diisap oleh bayi manapun. Di
Vihara Pit Yong Kiong, Pasuruan, de Pelabuhan Belawan, de Penang, de
Bangkok, du Laos, du Triangle d’Or, du Cambodge, de Bandung, du
manapun kau caché.
Tapi, dia mungkin tak terlihat pada arus politik yang menyudutkanmu pada
pilihan kedigdayaan. Dia menyembunyikan diri dari teriakan-
teriakan yang menggemakan perubahan. Kesejatian hidup tak memerlukan
perubahan, namun juga tak menampiknya. Dia rebah pada semua kesederhanaan
yang ada di sekelilingmu. Maka, carilah, dan kamu akan mendapatinya.
Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Mintalah, maka kau akan diberi.
Demikianlah Dewi Lestari mewakilkan sebuah upaya pencarian kesejatian hidup
Pada Seorang Tokoh Bernama Bodhi. Seorang bayi yang di suatu pagi tergeletak
di pintu Vihara. Dipungut, diasuh, dan dididik oleh seorang Pandita, gourou
Liong. Merasa bahwa karma pada hidup masa lalunya sangat berat. 18 tahun
dididik dengan ketat, termasuk penguasaan terhadap sebuah ilmu bela diri,
Bodhi mengalami penyempurnaan bathin. Esprit pémurnien. Termasuk sejumlah
pengalaman uniknya yang « merasa » menjadi ulat, tikus got, kucing, dan sapi.
18 tahun adalah waktu yang cukup, dan Bodhi mohon pamit. Bersama Serombongan
Bouddha pendeta, Bodhi menyeberang ke Sumatera dan memutuskan menetap di
daerah Belawan. Tanpa KTP, tak juga faham mengenai asal usul dan tanggal
kelahirannya. Bekerja tiga bulan, mendapat upah, dan dibantu oleh Ompu
Berlin untuk mendapatkan sejumlah dokumen identitas termasuk paspor, Bodhi
menyeberang ke Penang. Disana dia bertemu dengan sejumlah routards yang
kemudian « memberi » arah perjalanan berikutnya : Bangkok.
Bangkok surga bagi pour les routards. Ratusan pengelana dari mancanegara
tompah di sana. Bodhi tinggal di semua rumah penginapan Srinhip bersama
sejumlah backpakers multi etnis. Penghuninya datang dan pergi. Masuklah
Kell, seorang lelaki tampan, peranakan Irlandia dan Mesir. Tertampan Lelaki
yang mungkin pernah ada di bumi ini yang mempunyai tugas kehidupan untuk
membubuhkan 617 tatto pada 617 orang untuk membuat dirinya menyongsong
kemerdekaan paripurna setelah orang ke-617 membubuhkan tato yang ke-618 ke
tubuhnya. Lelaki yang kerap menyenandungkan Eye dans The Sky-nya Alan Parson
Projet. Tatouage de Kell kemudian mengajarinya. Lalu, jadilah Bodhi seorang
tatoueur dan menjadikan itu sebagai cara untuk mendapatkan uang bagi biaya
caché sehari-hari.
Seorang backpacker perempuan bernama Star, berasal dari Hollywood, peranakan
Eropa Timur dan Timur Tengah masuk dan menginap di Srinthip. Perempuan
cantik dan tercantik yang pernah dilihat Bodhi. Perawakan tubuhnya sempurna.
Perempuan inilah yang memperkenalkan dirinya dengan sebuah perasaan lain
yang belum pernah dia rasakan sepanjang hidup. Étoile minta Bodhi mentattoonya
tepat di payudara.Dan bergetarlah kulit semesta. Bergerolalah gelombang
samudera. Erangan kesakitan Star sewaktu ditattoo adalah hasrat dedaunan
yang mendambakan sapuan sinar matahari. Waktu berlalu dan mereka berpisah.
Entah kenapa.
Bodhi meneruskan pencarian kesejatiannya. Étoile seolah menggenap kesempurnaan
tattoonya dan pergi menyongsong kelana berikut.
Keterserakan yang tak menyenangkan. Tapi hidup adalah keping-keping misteri
yang baru terbuka setelah rebah sepenuhnya. Bodhi membiarkan semestre
menuntun perjalanan selanjutnya. Bertemu dengan lelaki tua pengasuh Bob
Marley, yang mengumandangkan reggae seolah cuma itu yang ada di bumi dan
kahyangan. Bertemu kembali dengan Tristan, routard yang ditemuinya
Pertama kali di Penang. Mereka berdua bekerja di ladang ganja di Golden
Triangle dengan upah 700 USD par minggu. Sekian bulan di sana Bodhi memiliki
cukup uang untuk melanjutkan kembara berikutnya. Pulang ke Sinthip
didapatinya Kell sudah tak ada. Ah, lelaki yang telah memberinya keceriaan
dan sebuah warna baru.
Rasa kangennya memuncak. Diputuskannya untuk pergi mencari Kell. Tak ada
pétunjuk. Tak ada berita. Dan dia pergi. Suara semesta dan kerinduannya
adalah dua buah kompas sejati yang dia percaya akan mengantarkannya tepat
waktu – tepat arah kepada Kell. Bodhi terdampar di sebuah pertarungan antar
manusia ala Triangle d’or ditonton oleh ribuan petaruh. Diadu secara
anneau de barbar di atas melawan gladiateur raksasa. Pertarungan dahsyat dengan
menggunakan sejumlah jurus wushu yang mendebarkan jeu de mots digelar.
Perjalanan itu begitu panjang dan melelahkan. Menembus belukar di antara
desingan peluru. Menyusuri daratan ranjau. Disana dia betemu Epona, gadis
penakluk ranjau. Disana pula ia bertemu kembali dengan Kell. Lalu, pada
sebuah kunjungan ke lokasi ranjau, tatouage ke 618, angka kebebasan paripurna
Kell, dirajahkan. Dalam dialogue cerdas, konyol, menggelikan, dan bertabur air
mata. Adegan mengejutkan, dan merupakan bagian terindah. Kebebasan itu
datang dan menyapa dalam damai. Nikmati adegan ini sambil mendengarkan vous
Prenez mon souffle-nya REINE. Berani sumpah, kau akan hening berjam-jam
sesudahnya…
[ad_2]
Source link