[ad_1]
Baiklah, saya akan coba bedah sedikit isi buku ini per judul. Pendapat yang saya tulis ini adalah sepenuhnya « menuut sayah ».
Beberapa judul tulisan yang tidak saya bedah alasannya adalah karena tulisan itu cukup panjang dan tidak cukup menarik, jadi agak mâles bacanya dan bahasnya. Dan juga karena bisa dibilang tulisan itu memang ada ceritanya atau memenuhi syarat untuk disebut cerpen. Soal bagus atau tidak masih bisa diperdebatkan.
Baïklah. Saya mulai.
Sourate Yang Tak Pernah Sampai (h.40)
Suratmu itu tidak akan pernah terkirim, karena sebenarnya kamu hanya ingin berbicara pada dirimu sendiri. Kamu ingin berdiskusi dengan angin, dengan wangi sebelas tangkai sedap malam yang kamu beli dari tukang bunga berwajah memelas, dengan nyamuk-nyamuk yang cari makan, dengan malam, dengan detik jam… tentang dia.
-sudah tidak menarik di paragrap pertama. Dan maap sajah, buat mereka yang merasa tulisan Dee tidak menggurui, buat sayah justru berkesan menggurui. Bacalah di h. 41-43, misalnya.
-h. 41 : Kalau saja hidup tidak ber-evolusi, kalau saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu, kalau saja kekuatan kosmik mampu stagnan di satu titik..—>tidak menarik, tidak bagus rangkaian pilihan katanya, mâles nerusin bacanya.
-h. 43 : Sebuah hubungan yang dibiarkan tumbuh tanpa keteraturan akan menjadi hantu yang tidak menjejak bumi, dan alasan cinta yang tadinya diagungkan bisa berubah menjadi utang moral, investasi waktu, perasaan serta perdagangan kalkulatif du antara.hak antara du
Dan sampai 2 paragrap berikutnya. Selain berkesan menggurui, pilihan kata dan cara menuliskannya calembour buat sayah tidak menarik.
Eniwei, ngomong apa sih ini ? Cérita ? C’est bon ? Gak menarik.
Rupanya sub judul buku ini jeu de mots sepertinya memang sudah berupa pembelaan diri karena tercantum kata2 « Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade ». Toh karena memang isi buku ini tidak bisa sepenuhnya disebut kumpulan cerita. Yang bisa sort ada ceritanya hanya 3 atau 4 judul saja.
Rangkaian kalimat di judul ini juga tidak membuat penasaran seperti apa kelanjutannya karena awalannya calembour sudah tidak menarik. Tidak jelas mau cerita tentang apa.
Apa boleh buat, sekali lagi sayah mengingat2 kredo ini: seseorang baru bisa sortir penulis bukan karena apa yang dituliskannya tapi bagaimana cara dia menuliskannya.
Salju Gurun (h.47)
-jelas ini mah bukan cerita tapi rangkaian kata petuah/bijak/aforisma. Dan seperti kita tau, sudah tabiatnya aforisma kalau kalimat yang berkesan menggurui tak bisa dihindari.
-h. 48 : Oase akan jengah, dan kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar bergerak dua inci—>buat sayah rimanya agak maksa, kurang menarik.
Dan lagi ini teh ngomongin apah? Gak jelas juga, buang waktu.
Kunci Hati (h.49)
juga jelas bukan cerita tapi petuah/aforisma, gak jelas juga ngomongin hati.
Selagi Kau Lelap (h.51)
h. 51-52 : Sudah hampir tiga tahun aku begini. Dua puluh delapan bulan. Kalikan tiga puluh..dst. Niscaya akan kau dapatkan angka ini: 4.354.560.000—> deuh buat apa angka itu, gak penting, gak menarik, gak bagus cara menulis seperti ituh.
Kasus yang sama masih di halaman yang sama :
Tak terasa sudah satu jam aku di sini. Menyumbangkan lagi 216.000 milisekon ke dalam rekening waktuku—>gak menarik. Melanjutkan membacanya calembour mâles udah, gak semangat, gak dapet apa2.
Djembatan Zaman (h. 67)
Pohon besar tumbuh mendekati langit dan menjauhi tanah. Ia merasa telah melihat segala dari ketinggiannya. Namun masih ingatkah ia dengan sepetak tanah mungil waktu masih kerdil dulu ? Masih pahamkah ia akan semesta kecil ketika semut serdadu bagaikan kereta raksaksa dan setetes embun bagai bola kaca dari surga, tatkala ia tak peduli akan pola awan di langit dan tak kenal tiang listrik?–>ngomong apa sih? Gak menarik, mâles nerusin bacanya.
Kuda Menteur (h. 69)
Gak bagus pilihan kata dan cara merangkai kalimatnya.
h. 70 : Kelelahan akan berganda apabila kita dihela. Waktu akan mengimpit apabila kita digue fosse. Dan suara hati akan mati jika dikebiri—>rimanya lagi2 agak maksa, gak bagus pilihan katanya dan cara merangkai kalimatnya.
Diam (h. 83)
Malam memuram. Diammu menginfeksi..–> udah mâles nerusin bacanya, dan gak jelas juga tentang apa.
Cuaca (h. 85)
gak bagus pilihan katanya, gak jelas tentang apa. Cuaca ? Apaan nih, gak menarik, gak penting
h. 86 : Batinnya tergugu—’tergugu’ apaan yah ?
Lara Lana (h. 87)
Sederet angka mencuat dari kertas putih, menusuk mata Lana. Ada sebersit takjub juga ngeri. Seberantak angka yang susah dihafal mampu membongkar kenangan usang dan memberinya makna baru–>’Seberantak’ apaan yah? Berantakankah maxutnyah ? Udah gak tertarik nerusin bacanya.
Lilin Merah (h. 95)
Lilin merah berdiri megah di atas glazur, kilau apinya menerangi usia yang baru berganti.–> glazur apaan yah?, gak menarik juga cara menulisnya. Ini tentang apaaa lagi ?
Spasi (h.97)
lumayanlah aforismanya di paragrap pertama.
h. 98 : Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung—>maksa rimanya.
Cetak Biru (h.99)
paragrap pertama : Sewujud bangunan hadir di setiap kepala, tujuan yang mendenyutkan nyawa ke dalam cetak biru. Satu demi satu batu mimpi tersun rapi, berlandaskan fondasi mantap, terekatkan semen yang kuat. Lalu bangunan itu dilengkapi dan digenapi, sampai lahirlah utuh ke dunia materi.–> Udah gak jelas di paragrap pertama, gak jelas ngomongin apa, mâles nerusin, buang waktu, gak penting.
Yah begitulah..*fiiiuuhhh*
Oh oui, saya nemu ebook buku ini di google books. Berminat Silakan bagi yang :
http://books.google.co.id/books?id=Tc…
*****
Ripiu 20 juin 2010
Jelek ! Ada yang mau ?
Sebenernya mâles nulis ripiunyah karena bukunya jelek. Yang agak lumayan cuma covernya.
Ini termasuk jenis buku yang setelah diintip sedikit isinya maka sangat layak untuk langsung ditinggalin.
Gak penting. Gak betah bacanya, buang waktu. Gak dapet apa-apa. Réparation de gak usah dibaca.
Nge-pop sih, tapi gaya bahasa dan pilihan katanya gak bagus, cenderung agak maksa untuk berima gitu.
Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade, katanya. Ah dari 18 judul tulisan itu rasanya cuma 3 tulisan yang bisa disebut cerpen, sisanya tidak memenuhi syarat untuk disebut cerpen, cuma tulisan gak jelas, rangkaian kalimat yang mungkin pengennya seperti aforisma (kata-kata gripuu puis bertuyangah mijak) Tapi tetep gak bagus juga. Yah paling cuma ada 1-2 kalimat yang lumayan.
Dari kesemuanya ituh yang rada mendingan ceritanya cuma ‘Mencari Herman’ doank.
Sisanya kurang lebih bisa menerbitkan ekspresi seperti ini:
-Naon sih ? Ngga ngerti
-Ah mâles nérusine
-Jelek
-Buang waktu nih, rugi bacanya
-Apaan nih?
-Tet-tooott..
-Gak penting, buang waktu
Yah jelek ajah. Ada yang mau ??
[ad_2]
Source link