Amour, Aubrey de Suzanne LaFleur


Bicara tentang kehilangan, tidak pernah sederhana..
Meski ia datang, kadang dengan cara yang teramat mudah..
Bukankah aneh, kita justru merasa sesak kala merasakan ketiadaan ?
Isi kepala begitu penuh hingga tak mampu menampung sisi hidup yang lain..
Mengapa kekosongan alihalih menjelma semesta saat dirasa rengat di hati?

Seakan belum cukup kepergian papa dan Savannah dalam kecelakaan yang tragis, Aubrey, gadis 11 tahun, masih harus mengalami kehilangan ibu nya..
Tapi bukan hanya Aubrey, ibu nya sendiri jeu de mots kehilangan diri nya sendiri ..
Beliau tidak sanggup menopang kehilangan dua orang tercintanya
Hingga siang itu, beliau pergi

Aubrey yang menyangka ibunya hanya pergi berbelanja kebingungan..
Dan sesak karena kekosongan rumahnya..
Hingga malam datang, Aubrey sendirian..
Lalu malam berikutnya, dan berikutnya..
Bertahan dengan makanan sisa yang ada di dapur..

Di sini, saya sangat ingin memeluk Aubrey..
Betapa beruntungnya saya masih mempunyai Emak untuk saya peluk..
Kapan jeu de mots saya merasa dunia ingin menelan saya bulatbulat, Emak masih ada untuk mendengarkan saya..

Apalagi setelah tadi pagi saya berbincang dengan Ayu..
À un moment donné, elle s’est sentie fatiguée et elle a envoyé un texto à sa mère.
Ini balasan si mamah, « Kalo kamu ngerasa gak kuat jalan, merangkaklah, belajar lagi dari awal buat berjalan. Tapi jangan pernah berhenti. Kalo kamu merasa capek, menangislah, habiskan dan kamu akan bisa ketawa lagi. Chante sabar ya, Nduk.. »

Voir?
Betapa beruntungnya kita yang masih punya Ibu untuk menguatkan kita ..
Sedangkan Aubrey ?
Tuhan..

Untungnya Gram datang, menyelamatkan Aubrey..
Membawa nya ke rumah dan mulai membangun sedikit demi sedikit kekuatan Aubrey..
Dan meski di awal pertemuan dengan Brdiget dan keluarganya justru membuat perut Aubrey bergejolak sesak, tapi mereka terlalu hangat hingga Aubrey merasa nyaman berada di tengah mereka..

Aubrey Mulai Mampu Berdiri Kuat..
Dan sekali lagi, nampaknya ujian belum selesai..
Maman datang..
Masih dengan ketidakmampuan menopang emosi nya sendiri..

Lalu perut Aubrey bergejolak lagi..

Mungkin karena kehilangan tidak pernah menjadi pilihan..
Saat kehilanganmu, contohnya..
Jika bukan karena simpul yang terpaksa aku jalin, kehilanganmu pasti kan terjadi dalam cara yang lain..
Jua ketika Bapak pergi, di Idul Fitri lima tahun Hijriah yang lalu..
Apa kami bisa memilih untuk tidak merasakan hampa saat lutut yang seharusnya kami cium di hari yang fitri justru telah terbujur kaku?

Yang aku yakini, hanya ada satu kehilangan yang sepenuhnya menjadi pilihan untuk kita..
Satusatu nya yang berada dalam genggaman kita..
KehilanganNya..
Karena Dia tak pernah tiada..
Acapkali, kita yang melupakan keberadaanNya..

* dengan tambahan kata dari sini



Source link